FantasTeen Lux : Bloody Memory
(Dunno apa ini review, masukan, atau opini, pikir sendiri)
Setelah membaca buku itu, aku bangun jam tiga pagi.
Entahlah. Aku tidak bisa tidur lagi dan kembali menggeliat
di tempat tidur. Aku mengambil segelas air dan ke kamar mandi. Berusaha
menenangkan kakiku yang entah kenapa mau berlari. Bagaimana mungkin aku tidak
bisa tidur karena cerita itu? Aku Cuma baca setengahnya. Enggak ada orang yang
mau baca cerpen horror saat mengantuk kalau cara penulisannya seperti itu...
Woy, ini bukan cerita hantu. Woles. Ini beneran. Aku yakin
tadi sebelum tidur aku membaca cerita karya Sucia (penulis Ghost Dormitory), Hilmy
an Nabhany (penulis Solvite – ya, dan aku sekarang menyesal), dan karya redaksi.
Oke, sudah kusebutkan aku menyesal setelah membaca kisah
mereka berdua. Aku yakin kalian tertawa. Tapi kalian harus tahu. Kukira, Hilmy
(kak, atau mungkin tidak – apa kita
seumuran?) tidak akan berkembang sepesat itu sejak novel Solvite yang *ahem*
kurang menarik. Kalaupun ia begitu, pasti membutuhkan waktu yang lama! Paragraf
berantakan, tulisan yang kurang baku...
tapi aku salah.
Aku lupa kalau dia itu cowok.
Cowok itu jarang nulis. Sekalinya iya, ada dua kemungkinan :
a. Langsung bagus dan jadi dewa (macamnya Kak Fauzi
: dua dari dua buku yang aku beli mengesankan ^^. Sayang Genere Fantasy enggak
dilirik orang kebanyakan)
b. Jelek awalnya, tapi berkembang dengan pesat (Iya,
Hil. Kamu. Iya, kamu. Aku minta maaf.)
Dan soal Sucia, penulis bestseller Ghost Dormitory, aku
justru heran. Kok, bisa-bisanya dia melakukan kesalahan yang enggak dilakuan di
buku yang pernah ia tulis? Apa jangan-jangan dia enggak pernah dikasih masukan?
Maksudku, dia penulis Bestseller. How can
you? Tidak bermaksud membandingkanmu dengan cowok – aku tahu kalian
berbeda.
Tapi kalian diterbitkan hampir di tahun yang sama, dan
sekarang skill Hilmy yang dulu di
bawah kamu sekarang hampir setara. Serius! Aku yakin bentar lagi dia
ngelampauin seseorang.
Back to other stories : Masih di Bloody Memory dan kubaca
subuh ini.
Ziggy : Aku enggak akan komentar banyak soal Kak Ziggy.
Kupikir satu-satunya buku horror di FantasTeen yang bener-bener deserved buat dapet bestseller itu Lucid
Dream – memang. Plot twist, writing skill yang improved sejak Wonderworks terbit, dan plot-nya cukup keren. Entah
kapan aku bisa menyusulnya.
Percayalah, awalnya, aku membeli Bloody Memory karena dia.
Sartav : Masih dengan keunikan writing-nya di Time Capsule –
multiple POV yang menarik. Skill-nya juga naik, walaupun enggak se-drastis itu.
Pertahankan perkembanganmu, nak (baca dengan irama nenek tua).
(Aku sebenarnya diam-diam curiga dia ini penulis FanFiction.
Jarang ada novel dengan multiple POV yang berbeda-beda dalam satu chapter
kecuali, yah, FF writers.)
Thumbs up for you!
Write more, please?
Dienda : Aku belum pernah membaca bukumu. Belum. Aku jadi
tidak tahu apakah kamu berkembang atau tidak. Just... think about that
yourself. Satu-satunya tips dariku untuknya hanya sebatas character making. Buat karakter yang lebih tiga dimensi, and I am sure your story will be more
awesome.
Huda : Neither I can comment about improvement here. Belum. Cara mendeskripsikanmu cukup
unik, tapi kurang konsisten. Lima paragraf pertama baku, sisanya non-formal,
baku lagi, nonformal... Hahaha... Overall, good
story with good motive, so keep it up!
Sucia : Oke, maaf sebelumnya aku sudah kasar. Sure thing, Plot ada perkembangan pesat.
(Selamat!)
Tapi, sungguh, writing skill-mu... menurun. Maksudku –
sungguh – typo di paragraf kedua? Entah typo atau aku yang berlebihan, just...
lakukan editing sebelum mengirim naskah. Jangan lakukan kesalahan itu lagi hanya
karena kamu sudah bestseller.
Kamu sedang menulis point of view orang pertama. Jangan
lupakan kata kepunyaan. Kakak
Perempuanku. Sama-sama. Jangan diulangi, ya!
Penulis juga melakukan kesalahan – baiklah... Aku setidaknya
mempelajari sesuatu darimu.
Medina : Oh, kali ini juga gak bisa ngasih tips. Aku enggak
tahu kesalahanmu dimana :-) Hehe. Mungkin judulnya aja yang bikin aku bingung
sama...dua halaman terakhir dari ceritamu, ada sesuatu – paragraf yang hilang
atau kamu lupa, semacamnya. Awalnya udah bagus, loh!
Hilmy : Yeah. I’m sorry. Aku kaget anda cepat sekali dalam
perkembangan skill menulis. Aku mau
bilang apa, ya? Kayaknya kamu memang sudah hobi atau bakat self-learning kamu
bagus. Atau kamu les atau *plak* LUPAKAN.
Tajam dan terus terang – itu hal yang membuatmu lebih cocok
di novel hantu daripada novel Fantasi. (Walaupun aku suka fantasi...) Plot, it’s
always the same. Cool and Classic. Penyakit penulis-mu pada anime-tis hilang,
tapi jangan jadi Captain Obvious juga, dong -_-“
Ninis : Ahaha... kesalahan yang sama dengan Sucia. Cek
halaman 131 paragraf hampir terakhir.
Sisanya, ceritamu bagus. Bagus banget, malah. Kali ini lebih bagus dari
cerita-cerita sebelumnya. Lain kali hati-hati, ya! (Btw, kasihan banget si Ir?
teganya dirimu :( hehe...)
And here it goes!! Three best story in this book versi Rohaluss! (Karya redaksi dihilangkan supaya adil)
1. Ninis : Sobekan Gaun Putih
2. Ziggy : Kenangan Berdarah Rumah Tua
3. Huda : Revenge for Killer Love (coba diperbaiki bahasa inggris-nya -_-")
Next : Jawa Jejawen Lux short review (Setelah menyelesaikan request, kegilaan, naskahku, ilustrasi dan buku lainnya)
Hai Alia, sebenarnya novel Fantasteenku itu dibuat tahun 2010 lho, terbitnya saja baru 2013... Jadi sebenarnya 2010 sampai 2014 adalah waktu yang panjang untuk belajar, dan saya sangat senang dengan kejujuranmu itu :") terima kasih sudah memberi gambaran tentang tulisan pertama saya. Semangat terus untuk kita!!!
BalasHapus