Kamis, 26 Juni 2014

Bloody Memory : Opinion... eh, Review Singkat

FantasTeen Lux : Bloody Memory


(Dunno apa ini review, masukan, atau opini, pikir sendiri)


Setelah membaca buku itu, aku bangun jam tiga pagi.

Entahlah. Aku tidak bisa tidur lagi dan kembali menggeliat di tempat tidur. Aku mengambil segelas air dan ke kamar mandi. Berusaha menenangkan kakiku yang entah kenapa mau berlari. Bagaimana mungkin aku tidak bisa tidur karena cerita itu? Aku Cuma baca setengahnya. Enggak ada orang yang mau baca cerpen horror saat mengantuk kalau cara penulisannya seperti itu...

Woy, ini bukan cerita hantu. Woles. Ini beneran. Aku yakin tadi sebelum tidur aku membaca cerita karya Sucia (penulis Ghost Dormitory), Hilmy an Nabhany (penulis Solvite – ya, dan aku sekarang menyesal), dan karya redaksi.

Oke, sudah kusebutkan aku menyesal setelah membaca kisah mereka berdua. Aku yakin kalian tertawa. Tapi kalian harus tahu. Kukira, Hilmy (kak, atau mungkin tidak – apa kita seumuran?) tidak akan berkembang sepesat itu sejak novel Solvite yang *ahem* kurang menarik. Kalaupun ia begitu, pasti membutuhkan waktu yang lama! Paragraf berantakan, tulisan yang kurang baku...

tapi aku salah. Aku lupa kalau dia itu cowok.

Cowok itu jarang nulis. Sekalinya iya, ada dua kemungkinan :
a.   Langsung bagus dan jadi dewa (macamnya Kak Fauzi : dua dari dua buku yang aku beli mengesankan ^^. Sayang Genere Fantasy enggak dilirik orang kebanyakan)
b.   Jelek awalnya, tapi berkembang dengan pesat (Iya, Hil. Kamu. Iya, kamu. Aku minta maaf.)


Dan soal Sucia, penulis bestseller Ghost Dormitory, aku justru heran. Kok, bisa-bisanya dia melakukan kesalahan yang enggak dilakuan di buku yang pernah ia tulis? Apa jangan-jangan dia enggak pernah dikasih masukan? Maksudku, dia penulis Bestseller. How can you? Tidak bermaksud membandingkanmu dengan cowok – aku tahu kalian berbeda.

Tapi kalian diterbitkan hampir di tahun yang sama, dan sekarang skill Hilmy yang dulu di bawah kamu sekarang hampir setara. Serius! Aku yakin bentar lagi dia ngelampauin seseorang.



Back to other stories : Masih di Bloody Memory dan kubaca subuh ini.

Ziggy : Aku enggak akan komentar banyak soal Kak Ziggy. Kupikir satu-satunya buku horror di FantasTeen yang bener-bener deserved buat dapet bestseller itu Lucid Dream – memang. Plot twist, writing skill yang improved sejak Wonderworks terbit, dan plot-nya cukup keren. Entah kapan aku bisa menyusulnya.

Percayalah, awalnya, aku membeli Bloody Memory karena dia.


Sartav : Masih dengan keunikan writing-nya di Time Capsule – multiple POV yang menarik. Skill-nya juga naik, walaupun enggak se-drastis itu. Pertahankan perkembanganmu, nak (baca dengan irama nenek tua).

(Aku sebenarnya diam-diam curiga dia ini penulis FanFiction. Jarang ada novel dengan multiple POV yang berbeda-beda dalam satu chapter kecuali, yah, FF writers.)

Thumbs up for you! Write more, please?


Dienda : Aku belum pernah membaca bukumu. Belum. Aku jadi tidak tahu apakah kamu berkembang atau tidak. Just... think about that yourself. Satu-satunya tips dariku untuknya hanya sebatas character making. Buat karakter yang lebih tiga dimensi, and I am sure your story will be more awesome.


Huda : Neither I can comment about improvement here. Belum. Cara mendeskripsikanmu cukup unik, tapi kurang konsisten. Lima paragraf pertama baku, sisanya non-formal, baku lagi, nonformal... Hahaha... Overall, good story with good motive, so keep it up!


Sucia : Oke, maaf sebelumnya aku sudah kasar. Sure thing, Plot ada perkembangan pesat. (Selamat!)

Tapi, sungguh, writing skill-mu... menurun. Maksudku – sungguh – typo di paragraf kedua? Entah typo atau aku yang berlebihan, just... lakukan editing sebelum mengirim naskah. Jangan lakukan kesalahan itu lagi hanya karena kamu sudah bestseller.

Kamu sedang menulis point of view orang pertama. Jangan lupakan kata kepunyaan. Kakak Perempuanku. Sama-sama. Jangan diulangi, ya!

Penulis juga melakukan kesalahan – baiklah... Aku setidaknya mempelajari sesuatu darimu. 


Medina : Oh, kali ini juga gak bisa ngasih tips. Aku enggak tahu kesalahanmu dimana :-) Hehe. Mungkin judulnya aja yang bikin aku bingung sama...dua halaman terakhir dari ceritamu, ada sesuatu – paragraf yang hilang atau kamu lupa, semacamnya. Awalnya udah bagus, loh!


Hilmy : Yeah. I’m sorry. Aku kaget anda cepat sekali dalam perkembangan skill menulis. Aku mau bilang apa, ya? Kayaknya kamu memang sudah hobi atau bakat self-learning kamu bagus. Atau kamu les atau *plak* LUPAKAN.

Tajam dan terus terang – itu hal yang membuatmu lebih cocok di novel hantu daripada novel Fantasi. (Walaupun aku suka fantasi...) Plot, it’s always the same. Cool and Classic. Penyakit penulis-mu pada anime-tis hilang, tapi jangan jadi Captain Obvious juga, dong -_-“


Ninis : Ahaha... kesalahan yang sama dengan Sucia. Cek halaman 131 paragraf hampir terakhir. Sisanya, ceritamu bagus. Bagus banget, malah. Kali ini lebih bagus dari cerita-cerita sebelumnya. Lain kali hati-hati, ya! (Btw, kasihan banget si Ir? teganya dirimu :( hehe...)


And here it goes!! Three best story in this book versi Rohaluss! (Karya redaksi dihilangkan supaya adil)

1. Ninis : Sobekan Gaun Putih

2. Ziggy : Kenangan Berdarah Rumah Tua

3. Huda : Revenge for Killer Love (coba diperbaiki bahasa inggris-nya -_-")


Next : Jawa Jejawen Lux short review (Setelah menyelesaikan request, kegilaan, naskahku, ilustrasi dan buku lainnya)

1 komentar:

  1. Hai Alia, sebenarnya novel Fantasteenku itu dibuat tahun 2010 lho, terbitnya saja baru 2013... Jadi sebenarnya 2010 sampai 2014 adalah waktu yang panjang untuk belajar, dan saya sangat senang dengan kejujuranmu itu :") terima kasih sudah memberi gambaran tentang tulisan pertama saya. Semangat terus untuk kita!!!

    BalasHapus