Minggu, 02 April 2017

#ARKI2016 || Hari Pertama, Kesan Pertama, Parasetamol [2]

NAVIGATION
[Next Chapter] [Previous] [First] [Last]


Gua lupa bawa setengah dari hal-hal yang harusnya dibawa.

Waks.

Jadi pada awalnya, di ARKI 2016 ini saya kacau sangat, mungkin saya bisa list apa aja yang tertinggal saking banyaknya. Termasuk surat yang harusnya dibuat oleh kepsek. Tapi ya sudahlah.

Orang pertama yang menjabat tanganku di ARKI 2016 adalah Fani, (Vani? FINI? Sori, saya lupa cara ngetik namanya :v) Dia anak komik juga, saya senang sih. Tapi saya beneran gak bisa hafal nama teman dalam 6 bulan, left alone 5 hari.

Saya sumpah pelupa. Bukan artinya aku mau melupakan dia dan teman-temannya. Tapi saya beneran gak bisa hafal nama satupun teman sekelas saya dalam waktu 3 tahun waktu SD. Saya cuma hafal nama teman sekelas sepanjang SMP, dan selama SMA, saya hanya tahu sedikit dari anggota angkatan saya sendiri.

Jadi kalau orang-orang di ARKI kebanyakan saya adress dengan nama daerah atau nama lainnya, harap maklum. Saya gak hafal.

Okay, moving on.


Jadi karena saya salah satu orang yang diekorin sama guru sekolah (perwakilan yang mengantarkan saya adalah guru sejarah yang sangat lembut), saya agak awkward keliling-keliling. Barulah setelah beliau pergi, saya bisa berkelana dan berkenalan dengan orang lain.

Akan saya panggil mereka, Fani and the geng, karena saya kurang hafal nama mereka (dan kebetulan saya nulis ini dua minggu setelah ARKI tamat.).

Kamu bilang gak ke mereka nama pena kamu, Rohaluss?

Gak. Tapi saya gak mau nyimpen rahasia, jadi saya tunjukkin gambar saya yang pojok kanan bawahnya saya tandatangani dengan nama pena saya. Saya kaget mereka gak komentar soal nama tersebut... atau mungkin mereka gak sadar ada nama Rohaluss di sana :v

Tak lama setelahnya, ada seorang le petite  lady, seorang gadis yang mendekati kami berempat. Dia meminta untuk berkenalan.

Fani en de geng menyambut gadis itu dengan sesuatu yang... mengejutkan:

"Saya Jeniper lopes."

"Saya Milli Sirus."

Le me: *dalem ati* 'Dafuk temen ARKI saya narsis abis'

Merasa malu di tengah orang-orang narsis itu, saya melangkah melerai mereka. "Oke, serius. Saya Alia. Salam kenal, ya, cantik. Kamu siapa?"

Dia agak terbelalak. "Alia... Alia Salamah?"

Lalu dia menunjukkan nametag-nya. Mauren - Cerpen. Tenggorokan saya soak bacanya. Mau teriak tapi masa sih saya teriak? Ini di ballroom loh. Ini saya lagi di pojok ruangan tapi suara cempreng saya terlalu memikat, dan saya tau diri dan-- kalian ngerti lah.

Btw, ini yang terjadi antara aku dan Mauren sebelum hari pertama ARKI 2016:

MAUREN I'M SO SORRY ;-;

So yeah. Man, saya malah ketemu dia duluan gitu. Kan gak lucu. Tapi saya, dengan perasaan bersalah dan malu, langsung memeluk tubuh kecil itu sambil mikir dalam hati, 'Sialan, aku di dunia maya jahad banget ke orang'.

Yes, kalau kamu kenalan ke saya lewat medsos, saya cenderung tukang tabok. Di dunia maya saya mirip kucing, kok. Lembut tapi pingin nyakar mata kamu kalau lagi PMS.

____

Kita skip beberapa adegan sampai detik di mana saya kenalan sama banyak orang yang saya lupa namanya dan pergi ke acara 'pembagian kamar'. Saya... cepet lupa orangnya.

Kebetulan, Mauren udah punya temen jadi saya gak bisa ngajak dia. Alhasil, saya bertemu dengan Zahra. Kita sama-sama kelas 3 dan ini ARKI pertama dan terakhir kami.

Dia anak cerpen. Saya komik. Kita diskusi jadi enak, gak ada rahasia di antara kami berdua. Dia bahkan menunjukkan cerpen yang dia buat waktu penyisihan dan saya terkesan. Hastom harus belajar dari dia.

Setelah mereview cerpen dia... Saya yang sampai pada jam 11 siang menganggur sampai jam 5 sore. Kita gabut, kurja, dan merasakan apa yang namanya 'asa-gimana-gitu-didiemin-selama-enam-jam-nunggu-peserta-yang-belum-datang-kan-gak-enak'.

Saya sempet kontak Iruhan. Saya belum mau kontak Wheza saat itu, soalnya khusus buat temen saya yang satu ini... kalau mulai chat tentang nulis biasanya panjang (dan saya gak bisa keep up kalau udah gitu, maklum saya pakai HP). Hastom dan Andika Kaya ngerengek nanyain aku di mana (saya ada di kamar gak kemana-mana), dan saya haroream  menjawab pertanyaan itu.

Abaikan kejadian garing di atas

Well, skip to bagian dimana Saya dan Zahra terlambat datang karena gak tau jadwal, tau-tau pas kita datang ke Ballroom untuk vlogging orang-orang dah ngumpul. Lagi briefing. WTH, gak ada yang ngasih tau kita... ah, awkward. Dan hal ini disebabkan karena satu masalah kecil...

...aku dan dia tidak punya kontak pembina dan teman-teman lain.

Tips ARKI pertama: Pastikan kalian punya kontak pembina dan teman-teman.

Setelah briefing kami bersiap-siap untuk makan malam. Aku menghela napas pendek, capek pikiran dan malu karena datang terlambat. Tiba-tiba, aku mendengar sayup-sayup suara cowok memanggil namaku dari kejauhan.

'Alia.... Aliaaa!'

Owshiet, itu Andika Kaya.

Jadi aku datang menghampirinya. Dia gak tau wajah saya, jadi saya yang harus nyapa duluan. Hehe.

"Kamu... Rohaluss?"

Aku ngangguk sambil nyengir. Enggak enak dipanggil Rohaluss di dunia nyata meski saya ngumbar ke kalian PLIS PANGGIL AKU ROHIE ATAU ROHALUSS DI DUNIA MAYA. Beda rasanya. Beda banget. Dan itu lebih awkward daripada disuruh nyanyi goyang dumang di bis.

Dia enggak bilang apa-apa, langsung nyambar buku saya dan ia angkat tinggi-tinggi ke udara.

Detik itu, saya sadar dua hal paling bodoh yang pernah terlintas di kepalaku.

>Buset Andika Kaya tinggi banget.

>Buset gue pendek.

Saya perlu lompat untuk mendapatkan buku saya kembali, saudara, saking pendeknya tubuh saya. Untuk pembayangan, terakhir saya mengecek tinggi badan ukuran saya 155cm. Silahkan cari penggaris papan tulis satu biji ditambah setengah lagi. Nah, tinggi saya kurang lebih segitu.

Jadi kita ganti baju lagi. Satu hal yang membuat saya khawatir saat itu adalah saat Zahra jatuh sakit H-1 sebelum lomba. Enggak parah, sih. Dia cuma sakit kepala. Tapi saya harus mondar-mandir 4 kali naik 2 lantai cuma buat minta parasetamol ke kakak pembina. Kakak pembinanya gak peka sih.

Atau akunya aja yang kurang maksa biar diambilin parasetamol detik itu juga, soalnya skenarionya gini:


TES 1

Aku: Kak, minta parasetamol dong

Pembina: Kenapa, sakit kepala? Yaudah, nanti diambilin.


TES 2

Aku: Kak, saya minta parasetamol.

Pembina: Eh? Kamu sakit? Yaudah, nanti diambilin.


TES 3

Aku: Kak... em, temen saya sakit kepala.

Pembina: Perlu parasetamol? Yaudah, nanti diambilin.


TES 4

Aku: Kak, saya yang tadi minta parasetamol.

Pembina: Oh? Belum dapet? Yaudah tunggu disini.

*lima menit kemudian*

Pembina: Ini. Sekalian nih kayu putih. Bisa ikut pembukaan gak?

Aku: Bukan saya. Temen sekamar.

Pembina: OH. Tau gak siapa pembina dia?

Aku: *Koslet seketikah*



Oke, mungkin saya yang salah. Saya harusnya nunggu kakak-kakaknya dan tagih tiap detik gitu.

TIPS ARKI KEDUA: Bawa obat-obatan pribadi - dan yang ini jangan disepelekan. Lu bakal butuh.


Sampai mana saya? Oh ya.


Udah sih. Yang saya inget satu: Karena takut Zahra lupa shalat, saya melakukan hal bodoh seperti ini:

1. Tulis di sticky notes 'Jangan lupa shalat isya' di jam tangan Zahra

2. Tempel sticky notes dengan tulisan 'Ini air buat minum obat' di botol minumnya.

3. Menulis 'Ini obat' pakai tanda panah di meja sebelah tempat tidurnya.


Dan Zahra-nya tidur. Kan saya sinting.



BTW, ini video vlog hari pertama saya dengan Zahra (courtsey punya temen saya sendiri):

Sekalian yang penasaran gimana wajah saya hehe.


Sisa cerita ARKI 2016 dipost dua minggu lagi setelah UN SMA selesai
Hore, nunggu lama :v

6 komentar:

  1. Uhhh.. ketawa-tawa sendiri baca ini:D.
    Makasih lho Alia udah mau aku repotin di ARKI..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mb, enggak apa-apa. Saya juga seneng kok - agak kesel aja ternyata kakak-kakaknya lupa saya minta parasetamol.

      Empat kali.

      Atau akunya aja yang ngilang gak berjejak kayak Rohaluss betulan :v

      Hapus
  2. mantap jiwah... BTW kok ane ketawa-tawa sendiri yak baca ini?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya masa nanya ke saya? Saya aja bingung kenapa kamu ketawa, padahal saya serius nulisnya.

      Hapus
  3. Pengalaman kakak sungguh berkesan. Beda sama aku v:

    BalasHapus