NAVIGATION
[Next Chapter] [Previous] [First] [Last]
Setelah menuangkan banyak hal ke atas kertas - air mata, tinta, perasaan dan ilfeel karena belum sempet finishing pake grey marker yang sudah saya siapkan - saya kembali ke kamar dan menemukan teman sekamar saya sama betenya.
"Tau gak sih, temanya bukan yang ada di buku."
Lalu saya berkata sama; Kategori komik juga tidak sesuai temanya dengan apa yang ada di buku pedoman. Kasihan Mauren. Kasihan Diko. Kasihan Hastom. Apalagi Zahra yang saya bantuin nyari referensi dari shubuh...
Oh, well... saya berhasil improvisasi, jadi saya lumayan pede enggak akan malu-maluin diri sendiri. Enggak, saya tidak pernah berkata saya pe-de menang, karena tujuan saya di ARKI ini adalah nyari temen dan bikin kesan doang.
Detik ini saya belum ketemu Hastomo, dan saya bertanya-tanya;
'Kalau Diko setinggi itu, saya segimananya Hastomo ya...'
Karena, jujur, saya cebol. MAUREN OKTA AJA LEBIH TINGGI DARIPADA SAYA (nangis).
Dan tolong dicatat, ARKI 2016 ini bakal jadi ARKI terakhir saya karena saya sudah kelas 12... udah mah tua, saya cebol, dan enggak punya kepercayaan diri lagi (ceritanya panjang, ntar baca aja dulu deh).
Setelah lomba, kami harus mengisi form lain, dan sayangnya cuma saya yang bawa cepuk (karena saya lomba komik dan saya hobi gambar di tengah-tengah orang lagi pidato panjang), jadi pulpen saya dipinjam-pinjam.
Sambil mengoper-oper pulpen, tiba-tiba ada anak perempuan (yang lebih kecil daripada saya) yang nanya, "Ini pulpen siapa?"
"Oh, punya saya."
"Pinjem ya?"
Ya saya naro di sana emang buat dipinjem sih - tapi cara dia minta izin, astaga kawaii banget oemjeh.
"Siapa namanya?" tanyaku.
"Rubee."
"Rubi - kayak batu permata?"
Dan enggak, saya bukan memuji. Saya nanya ejaan namanya - tapi dia tersipu-sipu. Kan makin kawaii-desu... meski sebenernya gak enak sih dikenakan salah paham yang disertai salah tingkah.
Side note: Untung gue bukan cowok. BHAK.
"Bukan. R-U-B-E-E."
"Oh."
Udah, percakapan saya dan Rubee berhenti di sana - karena saya juga awkward mau nanya apa lagi dan saya sibuk bertanya-tanya sependek apa saya di mata Hastomo.
Saya tengok kanan-kiri, dan jujur saya masih... gak kenal banyak orang. Ditambah lagi, meski saya sudah tahu beberapa orang yang berisik, saya takut sama Muhammad de Putra, si pujangga cilik yang SANGAT tinggi dan SANGAT berisik. Kawan, saya introvert yang minder, dihadapkan dengan ekstrovert ribut yang pede bukan main saya malah merasa jadi sebutir debu di atas kapas. Kelihatan jelas dan enggak berguna.
Oke, itu agak lebay. Maaf ya Putra, kalau kamu baca ini. Tapi kesan pertama saya memang gitu ke kamu - takut setengah mati.
I'm so awkward with people QAQ
Anyway, sampai mana tadi?
Kita skip aja di bagian saya mau ngambek karena bapak-bapak yang saya lupa nama/ jabatannya itu gak dinotis karena anak-anak sibuk sendiri... (soalnya kurang menarik) dan kita bahas sesi paling abnormal;
Kokologi.
Damn, ada kokologi di tengah-tengah acara ginian... tapi yang bikin saya nangis (babak kedua) adalah pertanyaan ini;
Suatu hari ada seekor burung berwarna biru tiba-tiba masuk ke rumah anda dan terperangkap didalamnya. Anda pun berniat untuk memeliharanya. Namun, ada suatu keanehan yang terjadi pada burung tersebut.
Pada hari pertama warna burung tersebut berubah dari biru menjadi kuning.Pada hari kedua berubah lagi dari kuning menjadi merah terang.Hari ketiga berubah lagi menjadi hitam.
Akan berubah menjadi warna apakah burung tersebut di hari berikutnya?
Pilih salah satu :
a. tetap hitamb. kembali menjadi warna biruc. menjadi warna putihd. menjadi warna emas
Well, dan karena sebelumnya ada pertanyaan yang saya jawab dan bagus, saya pede aja. Tutup mata, membayangkan...
...hitam. Tetap hitam.
BTW saya udah sensor jawabannya biar kalian enggak intip-intip dulu. Nih, di bawah:
a. Burung tetap berwarna hitam
Menggambarkan bahwa diri anda adalah seorang yang memiliki pandangan yang PESIMIS.
b. Burung berubah kembali menjadi biru
Menggambarkan bahwa diri anda adalah seorang yang OPTIMIS.
c. Burung berubah menjadi putih
Menggambarkan bahwa anda adalah orang yang tenang dan tegas dibawah tekanan.
d. Burung berubah menjadi warna emas
menggambarkan bahwa anda adalah seseorang yang tidak memiliki rasa takut, anda tidak mengenal tekanan bagi anda.
Yep.
Detik itulah baru aku berpikir tentang hidup saya.
Saya hiatus nyaris setaun karena ditolak penerbit - tiap ditolak, hiatus setahun untuk memperbaiki diri. Saya sering ngerasa gak berguna dan nangis diam-diam di kamar. Bahkan untuk ikut ARKI saja, saya ngerasa saya akan kalah, dan butuh dorongan konyol dari teman saya untuk mengirimkan naskah komik saya sendiri. Mungkin yang sering berkunjung ke blog ini ngecek update, tahu kalau saya pernah bilang saya depresi dan pingin bunuh diri (dihapus - karena ya, besoknya saya baik-baik aja).
Bahwa saya adalah orang bodoh.
Dan karena saya sadar sifat saya sesuai dengan jawaban itu, saya nangis.
Gak tau kenapa. Tapi untung saya gak punya teman (Zahra punya teman-teman lain dan Mauren sudah berkenalan dengan banyak orang - secara teknis saya gak punya geng ataupun grup yang bakal peduli sama saya) dan saya duduk paling depan, jadi enggak ada yang menangkap saya menangisi diri sendiri pas noleh ke belakang buat menyesuaikan jawaban dengan teman-temannya.
Yah.
Sampai jumpa di part 5