Sisanya, entah itu mereka pintar dalam mencari inspirasi sehingga saya tidak sadar. And thats mean, There is a way to have Manga as your novel inspiration. Beneran ada caranya. Yah... yah...
...hanya satu dari lima buku itu angka yang cukup besar, loh.
Coret kata Review di banner ini Ganti jadi 'RANT' |
THE ROHALUSS FIRST OFFICIAL RANT in ROHIE'S JOURNAL
Manga as Novel Inspiration
DISCLAIMER:
Aku penggemar kedua jenis karya itu. Aku tidak terlalu mengelu-elukan novel maupun manga. Heck, I wrote both of it, meskipun saya amatir dalam keduanya. Tapi setidaknya saya tahu sedikit. Tolong jangan diambil terlalu banyak, kadang saya agak marah dan perlu menuangkannya saja.
Jika ada yang tersinggung, maka saya mohon maaf.
Kenapa aku tidak menyarankan pemula untuk mengambil inspirasi dari manga?
Sederhana. Meskipun memiliki banyak persamaan, keduanya memiliki karakter yang berbeda. Dan beberapa bagian bahkan sangat kontras satu sama lain sehingga tidak dapat digabung menjadi satu.
Sure, Manga sama seperti Novel. Menceritakan dan menyampaikan kisah pada orang yang membacanya.
Perbedaan pertama yang membuat mereka kontras, adalah cara penyampaiannya. Manga menyampaikan dengan gambar. Novel menyampaikan dengan tulisan dan kata-kata. Nah, masalah pertamanya juga ada di sini.
1. Kamu bisa dengan mudah memaksa imajinasi pembaca dengan gambar, tapi akan sulit dengan kata-kata. Coba kamu deskripsikan satu karakter ke 8 orang berbeda yang bisa gambar. Coba aja. Kalau gambar mereka mirip, syukur. Tapi kalau mendekati saja, yah... kamu udah jadi penulis yang bagus kok.
Kamu gak bisa maksa imajinasi orang, nak. Dan memaksakan hal tersebut di dalam bentuk tulisan, jika tidak berhati-hati hanya akan terkesan seperti infodumping dengan cara paling tidak profesional sama sekali.
But yeah, there IS a way. Cuma kalau saya bahas disini, nanti kepanjangan. Takut jadi tutorial, kan agak bangsat juga. Tulisan Imajinasi mau dikemanakan?
2. Kebanyakan novel remaja yang jelas-jelas mengambil inspirasi dari anime/manga itu KELIHATAN BANGET referensinya. Saya marah soal yang satu ini. Bukannya aku membenci ini sekali, tapi hei, plis deh. Ada batasan antara plagiarisme dan inspirasi. Kalau bisa, plis jangan disentuh, apalagi dilangkahin sedikitpun. Case in point, dua novel FantasTeen yang menggunakan percakapan antar dua karakter (persis banget, gila, sampai pakai urat aku nyelesain bukunya), dan karakter yang sama menggunakan hampir setengah plotnya mirip.
(Oke, ceritanya emang beda jauh. Salut untuk yang mendaur ulang plot. Tapi lain kali, setidaknya gitu, gendernya diubah, atau apanya diubah... Masih kelihatan referensinya jelas banget deh. Kan kzl.)
Dikutip dari blognya Mb. Balthazar (dengan perubahan banyak, soalnya saya males nyari link-nya), anggaplah karya penulis adalah seekor ayam. Kalau kamu curi, terus dijual dipasar, ya jelaslah kamu bakal dikeroyok warga. Saya juga mau nabok penulis yang kayak gini. Gak pantas disebut penulis.
Tapi tenang. Nyolong tuh, harus aman. Kamu bisa ambil referensi. Misal, pakai kaki ayamnya doang. Terus diolah pakai bumbu racikan sendiri. Disajikan dengan sambel yang kamu racik sendiri (atau nyolong dari kebun warga). Kelihatan gak, itu ayam yang kamu curi? Semoga enggak. Soalnya karya tulis tetap saja bukan ayam. Pinter-pinter ngolahnya.
Intinya, jangan sampai kamu sajikan dengan mentah. Kalau mirip banget, orang bakal curiga. Saya yang sensitif aja mau nabok penulis yang pakai percakapan tersebut. Yang kedua yang mendaur ulang plot enggak, saya salut sama keberanian dia. Cuma, kalau diulang lagi, saya beneran tabok. Pake Hell's Sword. Pinjem punya Wheza. Critical hit. Kalau bisa, sekalian Overkill.
Hint: Anime yang saya sebut di sini adalah Another (Horror anime)
3. Percaya atau enggak, bikin karakter di manga/anime dan di novel itu jauh berbeda. Orang mahaganteng mungkin bisa membuat pembaca manga terpikat, tapi di novel bisa jadi Mary Sue false alarm. Novel lebih realistik daripada manga/anime, jadi ingatlah bahwa tidak ada yang sempurna. Sementara itu, di manga (apalagi shoujo manga), ganteng itu sebuah atribut yang biasa digunakan. Gak aneh, apalagi terlihat menyebalkan.
4. Orang mengalahkan satu batalion musuh seorang diri di komik bisa kelihatan keren
Tapi di dalam novel (jika tidak hati-hati) malah Mary Sue. Malah, kalau mau alay sedikit, tanpa skill yang memadai, dan kamu mencoba tulis adegan anime di novel, jadinya kayak Deus Ex-Machina ditambah dengan sentuhan Narm.
Ini masih merujuk pada statement pertama paling atas. Kamu enggak bisa memaksakan imajinasi orang yang baca teks. Makanya saya tidak pernah menyuruh orang yang baca blog aku untuk mengambil inspirasi dari manga. (To be safe, that's it)
5. Ekspresi di anime dibuat-buat, terkesan hiperbolik. Jujur, saya ngakak bukan main saat membaca (yang ini saya seneng deh, mentionnya) Solvite-nya Hilmy An Nabhanny. Kelihatan anime-nya. Banget. Saya recomend banget buat baca ini kalau kalian mau tahu kenapa saya kurang suka mendengar 'inspirasi dari manga'.
And that's it, my rant has finally over. Thank you for reading.